Selasa, 02 Maret 2010

GOBLOK atau PINTAR??? (kisah BOB SADINO)

Pasti Anda bingung dengan judulnya, ‘goblok’ kok dipelajari!
Awalnya saya juga bingung, tapi setelah bertemu langsung dengan Om Bob (pangilan akrab Bob Sadino), baru percaya bahwa statement itu benar.

Bob Sadino terkenal dengan pengusaha yang ‘Nyleneh’ gaya dan pola pikirnya.
Sejak dari jaman Soeharto, dia terkenal dengan ‘kostumnya’ yang selalu bercelana pendek.
Begitulah cara Om Bob bertemu dengan semua presiden negeri ini.

Di kediamannya di kawasan Lebak Bulus sebesar 2 hektar,
dia membuat kami pusing dengan statement-statement nya yang super Nyleneh.
Misalnya dia tanya, “Menurutmu kebanyakan orang bisnis cari apa Jay?”
Spontan kita jawab,”Cari untung om!”
Kemudian Om Bob balik menjawab,”Kalo saya cari rugi!”

Dia menjelaskan, kalo bisnis cari untung, apa selamanya untung?
Sama juga kalo bisnis cari rugi, apa selamanya rugi?
Maknanya adalah, rugi tak perlu ditakuti.
Bahkan karyawan Kemchicks (pabrik daging olahan) dan Kemfarms (exportir sayur dan buah) diijinkan untuk berbuat salah.
Sampai-sampai ada karyawan yang pernah membuat kerugian US$ 5 juta dan masih bekerja sampai sekarang.

Goblok atau Pintar? Trus apa maknanya belajar ‘Goblok’?

Bukankah banyak orang pandai tapi tak berhasil dalam usaha atau bahkan melangkahpun tak berani.

Om Bob bilang, kalo orang ‘goblok’ itu tak pandai menghitung, makanya lebih cepat mulai usaha.
Kalau orang pinter, menghitungnya ‘njlimet’, jadi nggak mulai-mulai usahanya.

Orang ‘goblok’ berbisnis tidak berfikir urutan, sedangkan orang pinter, berfikir urut.
Orang pintar tidak percayaan dengan orang lain, jadi semuanya mau dikerjain sendiri, seolah tak ada yang dapat menggantikan dirinya.

Nah, kalau orang ‘goblok’, dia akan mencari orang pintar dan harus lebih pintar darinya, untuk menjalankan usahanya.

Orang pintar ketemu gagal, cenderung mencari kambing hitam untk menutupi kekurangannya.
“Ehm, situasi ekonominya lagi down”, atau “Pemerintah nggak mendukung saya”, kata orang pintar.

Lain hal dengan orang ‘goblok’, jika ketemu gagal, nggak merasa kalau dia gagal, karena dia merasa sedang ‘belajar’.

Bahkan Om Bob juga mengatakan bahwa dia sebagai orang ‘goblok’ tidak melakukan perencanaan usaha, target ataupun mengenal cita-cita.

Namun sebaliknya, semua karyawannya harus memiliki target dan perencanaan.
Buahnya, orang ‘goblok’ yang jadi bossnya orang pintar.

Itulah adilnya Tuhan menciptakan orang pintar dan orang ‘goblok’.

Masalahnya sekarang, siapa yang merasa pintar, siapa yang merasa goblok?
Trus, enakan mana jadi orang pintar atau orang ‘goblok’?
Jika Anda semakin bingung dengan tulisan saya, artinya bagus, berarti Anda mulai ….Goblok!

Kalau Anda emosi, berarti Anda pintar. Itu juga kata orang Om Bob lho..!

Filosofi ‘goblok’
Bob Sadino dia ibaratkan seperti air sungai yang sedang mengalir.
Ketemu batu di depan, ya belok kanan atau belok kiri.
Namun seperti air di sungai, kitapun harus siap dikencingi, dibuangi sampah dan kotoran-kotoran yang lain. Jadi, pilih mana?

Edited: angel.crime

KACA SPION...Refleksi Seorang Andy Noya (Kick Andy)... :)

Kaca Spion (Catatan Andy Noya (kick Andi))....

Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri
Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta . Tapi, suatu hari ada kerinduan
dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana . Bukan untuk baca buku,
melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado yang dulu
selalu membuat saya ngiler. Namun baru dua tiga suap, saya merasa gado-gado
yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu. Bumbu kacang yang dulu
ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal
ini gado-gado yang saya makan dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya
juga masih sama. Tapi mengapa rasanya jauh berbeda? malamnya, soal
gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal rasanya yang
mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah.

Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu mampir ke
perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain karena
harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib yang tidak mampu
saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya merasa begitu bahagia.
Biasanya satu sampai dua jam saya di sana . Jika masih ada waktu, saya
melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum buku, terutama buku baru,
sungguh membuat pikiran terang dan hati riang. Sebelum meninggalkan
perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobak gado-gado di sudut jalan, di
luar pagar. Kain penutupnya khas, warna hitam. Menurut saya, waktu itu,
inilah gado-gado paling enak seantero Jakarta . Harganya Rp 500 sepiring
sudah termasuk lontong. Makan sepiring tidak akan pernah puas. Kalau ada
uang lebih, saya pasti nambah satu piring lagi. Tahun berganti tahun. Drop
out dari kuliah, saya bekerja di Majalah TEMPO sebagai reporter buku Apa dan
Siapa Orang Indonesia . Kemudian pindah menjadi reporter di Harian Bisnis
Indonesia . Setelah itu menjadi redaktur di Majalah MATRA. Karir sayaterus
meningkat hingga menjadi pemimpin redaksi di Harian Media Indonesia dan
Metro TV.

Sampai suatu hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di sudut
jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya menjadi
gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan kegundahan
tersebut. Saya risau saya sudah berubah dan tidak lagi menjadi diri saya
sendiri. Padahal sejak kecil saya berjanji jika suatu hari kelak saya punya
penghasilan yang cukup, punya mobil sendiri, dan punya rumah sendiri, saya
tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong karenanya.

Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya di Surabaya . Sejak
kecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang sangat membekas dan menjadi
trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya sembilan tahun. Saya bersama
seorang teman berboncengan sepeda hendak bermain bola. Sepeda milik teman
yang saya kemudikan menyerempet sebuah mobil. Kaca spion mobil itu patah.

Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer saya
tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya. Sesampai di rumah saya
langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang sebenarnya
sia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi
mobil, di Jalan Prapanca. Garasi mobil itu oleh pemiliknya disulap menjadi
kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang cuma enam kali
empat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi tempat tidur di mana
saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur di ruangan itu. Tak lama
kemudian, saya mendengar keributan di luar. Rupanya sang pemilik mobil
datang. dengan suara keras dia marah-marah dan mengancam ibu saya. Intinya
dia meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya.

Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras dan tidak
bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca spion
mobilnya. Saya ingat harga kaca spion itu Rp 2.000. Tapi uang senilai itu,
pada tahun 1970, sangat besar. Terutama bagi ibu yang mengandalkan
penghasilan dari menjahit baju. Sebagai gambaran, ongkos menjahit baju waktu
itu Rp 1.000 per potong. Satu baju memakan waktu dua minggu. Dalam sebulan,
order jahitan tidak menentu. Kadang sebulan ada tiga, tapi lebih sering cuma
satu. Dengan penghasilan dari menjahit itulah kami - ibu, dua kakak, dan
saya - harus bisa bertahan hidup sebulan.

Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut. Setiap
akhir bulan sang pemilik mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil uang.
Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harus menyisihkan uang
untuk itu. Tetapi rasanya tidak ada habis-habisnya. Setiap akhir
bulan, saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu ketakutan. Di
mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah artinya kaca spion
mobil baginya? Tidakah dia berbelas kasihan melihat kondisi ibu dan kami
yang hanya menumpang di sebuah garasi?

Saya tidak habis mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihat wajah ibu
juga gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya benci pemilik mobil
itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang kaya.

Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan ban mobil-mobil
mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran saya. Jika musim
layangan, saya main ke kompleks perumahan orang-orang kaya. Saya menawarkan
jasa menjadi tukang gulung benang gelasan ketika mereka adu layangan. Pada
saat mereka sedang asyik, diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang
gelasannya saya bawa lari. Begitu berkali-kali. Setiap berhasil
melakukannya, saya puas. Ada dendam yang terbalaskan.
Sampai remaja perasaan itu masih ada. Saya muak melihat orang-orang kaya di
dalam mobil mewah. Saya merasa semua orang yang naik mobil mahal jahat.
Mereka orang-orang yang tidak punya belas kasihan. Mereka tidak punya hati
nurani.

Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasa kuliah
begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itu tidak enak
di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah. Hal yang
sangat saya takuti. Kegundahan itu saya utarakan kepada istri. Dia hanya
tertawa. ''Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau gado-gado
langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu sudah pernah
merasakan berbagai jenis makanan. Dulu mungkin kamu hanya bisa makan
gado-gado di pinggir jalan. Sekarang,
apalagi sebagai wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang
enak-enak. Citarasamu sudah meningkat,'' ujarnya. Ketika dia melihat saya
tetap gundah, istri saya mencoba meyakinkan, "Kamu berhak untuk itu. Sebab
kamu sudah bekerja keras." Tidak mudah untuk untuk menghilangkan perasaan
bersalah itu. Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa
tidak semua orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji
yang saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya
tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan gado-gado
yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang berubah, tetapi
sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong.

Ketakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidak sensitif.
Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca spionnya saya
tabrak. Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan dalam hati. Walau dalam
kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian. Salah satunya ketika mobil
saya ditabrak sepeda motor dari belakang. Penumpang dan orang yang dibonceng
terjerembab. Pada siang terik, ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang,
sungguh ujian yang berat untuk tidak marah. Rasanya ingin melompat dan
mendamprat pemilik motor yang menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika
menyadari yang dibonceng adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh.
Pengemudi motor adalah anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena
terjatuh, tentu karena melihat mobil saya penyok. Hanya dalam sekian detik
bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya
ketika menabrak kaca spion.

Wajah yang merefleksikan ketakutan akan akibat yang harus mereka tanggung.
Sang ibu, yang ecet-lecet di lutut dan sikunya, berkali-kali meminta maaf
atas keteledoran anaknya. Dengan mengabaikan lukanya, dia berusaha
meluluhkan hati saya. Setidaknya agar saya tidak menuntut ganti rugi.
Sementara sang anak terpaku membisu. Pucat pasi. Hati yang panas segera
luluh. Saya tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada saya. Saya
tidak boleh membiarkan benih kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil
yang penyok berbanding beban yang harus mereka pikul.
Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah berada di posisi mereka. Dengan begitu
saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Setidaknya siang itu saya tidak
ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya
rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup
yang pahit.

Refleksi:
Mengapa harus sombong dengan kekayaan yang kita miliki, karena kekayaan
tiada berguna sama sekali, lebih baik menghidupkan lagi rasa toleransi yang
ada pada diri untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.

SERBA-SERBI TENTANG INDONESIA

1.Indonesia berada di urutan ke 5 di 10 besar negara yang memiliki utang luar negeri terbesar di dunia setelah Brazil, Rusia, Meksiko, dan Cina dengan total utang luar negeri US$150,875,000,000 Di bawah Indonesia masih ada Argentina, Korea Utara, Turki, India dan Thailand.

2.27.1% orang Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Secara global, tidak mengecewakan karena urutan pertama ditempati oleh Palestina, Liberia dan Moldova masing masing sekitar 80%. Indonesia masih berada di urutan 88 dari 134 negara. Garis kemiskinan terendah ditempati Cina Taiwan yang hanya 0.9% dari jumlah penduduknya.

3. Dari 1000 kelahiran bayi di Indonesia, terdapat 35 yang meninggal sehingga infant mortality di Indonesia berada di urutan ke 77 di dunia dari 226 negara. Tertinggi adalah Negara Anggola (187) diikuti Afganistan (163). Paling rendah dari kategori ini adalah Singapore, hanya 2.29.

4.Hanya 12.1% orang Indonesia yang belum bisa membaca saat ini. Ini termasuk urutan ke 96 dari 177 negara. Ranking pertama yaitu hanya 0.1% berbagi 20 negara yaitu: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Republik Czech, Denmark, Finland, Perancis, Georgia, Jerman, Islandia, Irlandia, Jepang, Luxemburg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, Inggris dan
Amerika Serikat

5.Dari daftar negara pengguna Internet terbanyak, Indonesia menempati urutan ke 18 dengan jumlah pengguna kurang lebih 8 juta orang dibawah (AS, Cina, Jepang, Jerman, Korsel, Inggris, Perancis, Itali, India, Kanada, Meksiko, Spanyol, Australia, Polandia, Malaysia, dan Belanda)

6.Orang Indonesia menghabiskan 19,7 jam per minggu untuk menonton televisi (urutan ke 5 di dunia) . Thailand menempati urutan pertama (22 jam), Filipina (21), Mesir (20.9) dan Turki (20.2)

7.Dari 159 Negara yang dipersepsikan sebagai Negara yang bersih dari Korupsi, Indonesia menempati urutan ke 137 bersama-sama dengan Kamerun, Ethiopia, Irak, Liberia dan Uzbeskitan. Lima negara bersih korupsi dari atas adalah : Islandia, Finlandia, Selandia Baru, Denmark, Singapura. Masih ada beberapa negara di bawah Indonesia dan urutan terakhir ditempati Bangladesh dan Chad, sebuah negara di Afrika Tengah.

8.Kebebasan Pers di Indonesia berada di urutan ke 102 sebagai negara yang memiliki kebebasan Pers paling baik dari 167 negara. Kebebasan Pers terburuk dipegang negara Korea Utara. Sementara paling atas ditempati Finland, diikuti oleh Islandia, Norwegia, Belanda dan Denmark.

9.Rata-rata orang Indonesia dapat bertahan hidup sampai dengan usia 69 tahun, ini menempatkan Indonesia di urutan terbaik 138 dari 225 negara. Andorra menempati urutan pertama (83) diikuti Macau (82) dan San Marino, Singapore, Hongkong dan Jepang masing-masing (81 tahun)

10.10.90% angka pengangguran formal terdeteksi di Indonesia. Ini menempati urutan ke 109 dari 196 negara. Zimbabwe, Liberia dan Nauru berada di tingkat paling bawah masing-masing 80%, 85% dan 90%. Di Andorra dan Norfolk Island hampir dipastikan tidak ada penggangguran (0%)


11.Untuk tinggal, Jakarta termasuk dalam 50 besar sebagai kota yang termahal. Dari 71 negara, Jakarta ada pada urutan ke 50 dengan index rate 55.5 termasuk harga sewa rumah, apartment. Kota termahal di dunia dipegang oleh London dengan index 122 diikuti Oslo, New York, Tokyo, Copenhagen, Hong Kong, Zurich, Paris, Chicago dan Geneve. Urutan terakhir di 3 paling
bawah adalah : Karachi, Boenos Aires, Mumbay.

12.Tim Sepak Bola Indonesia berada di urutan 110, versi Ranking FIFA. 10 besar masih dipegang oleh Brazil, Ceko, Belanda, Meksiko, USA, Spanyol, Portugal, Perancis, Argentina dan Inggris. Paling bawah masih ada Amerikan Samoa, Guam, Turks and Caucus Island.

13.Jakarta Indonesia termasuk dalam 10 besar kota terbesar di dunia dan masuk dalam urutan ke empat setelah Seoul, Sao paolo dan Mumbay. Di bawah Jakarta adalah Karachi, Moscow, Istanbul, Mexico dan Shanghai.

sumber:http://standalone.blogsome.com/2006/07/03/serba-serbi-tentang-indonesia/

Karena pimpinan sidang BODOH rapat paripurana ricuh!!!!

Setelah pembacaan hasil Pansus Century oleh Ketua Pansus Century Idrus Marham, banjir interupsi langsung menyeruak di sidang paripurna DPR. Gara-gara banjir interupsi, sidang pun ricuh. Sejumlah anggota DPR teriak dan sebagian lagi bergerak maju menuju meja pimpinan DPR.

Hingga pukul 15.25 WIB, Selasa (2/3/2010), suasana ricuh masih berlangsung. Ketua DPR Marzuki Alie meminta peserta sidang untuk tertib. "Tolong pimpinan juga diberi kesempatan bicara," kata Marzuki.

Interupsi pertama dilakukan oleh Bambang Soesatyo, anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar. Bambang mengingatkan mengenai usulan Pansus agar sidang paripurna diselesaikan hari ini, dengan melakukan voting.

Setelah itu banyak sekali anggota DPR yang melakukan interupsi. Antara lain Akbar Faizal dan beberapa orang dari Partai Demokrat, termasuk Irawadi Syamsuddin. Kericuhan semakin terjadi saat anggota Fraksi Partai Demokrat menyampaikan bukti baru ke pimpinan DPR.

Anggota DPR dari FKB Lily Wahid meminta interupsi, namun dicuekin. Sampai akhirnya sekitar pukul 12.15 WIB, sejumlah anggota DPR bergerak dari kursinya dan maju ke pimpinan DPR.

Karena para interuptor tak diakomodir, akhirnya semaki banyak anggota DPR yang merangsek ke maju pimpinan sidang. Bahkan, nyaris terjadi baku hantam. Teriakan-teriakan anggota DPR terus menggema. Hingga pukul 12.30 WIB, kericuhan masih berlangsung dan belum reda.

sumber detik.com

Pansus Century Ricuh JK Sayangkan Sikap Otoriter Marzuki

Jakarta - Mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) menyayangkan kericuhan yang terjadi dalam Paripurna Century. JK menilai, faktor gaya kepemimpinan Ketua DPR Marzuki Alie menjadi salah satu faktor insiden itu.

"Tentu itu juga faktornya (penutupan sidang sepihak oleh Marzuki). Emosi lawan emosi dalam keadaan seperti itu begitulah jadinya," ujar JK.

JK mengatakan hal itu usai menjadi pembicara dalam kuliah umum berjudul 'Demokrasi dan Pemerintahan yang Efektif' di kampus Fisip Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (2/3/2010).

JK berharap, kasus Century cepat selesai. "Tinggal voting, ada sikap. Pasti selesai besok," kata mantan wapres ini.

Sebelumnya Marzuki menutup sidang paripurna Century secara sepihak. Padahal saat itu masih banyak anggota dewan yang melakukan interupsi. Akhirnya kericuhan pun terjadi.

sumber:detik.com

Gaya Rambut yang Mempertegas Karakter Wajah

Senin, 1/3/2010 | 17:15 WIB

KOMPAS.com - Anda pasti tahu seperti apa bentuk atau model pakaian yang akan membuat tubuh Anda terlihat lebih langsing. Nah, hal yang sama juga berlaku untuk wajah. Wajah akan terbingkai sempurna jika kita bisa memilih potongan rambut yang sesuai dengan bentuk wajah kita.

Penata rambut para selebriti, Carlos Vera, memberikan bocoran tentang penataan rambut untuk wajah bulat, kotak, oval dan wajah berbentuk hati. Tentukan terlebih dahulu seperti apa bentuk wajah Anda, setelah itu pilih potongan rambut yang pas untuk bentuk wajah Anda.

1. Wajah bulat
Wajah bulat umumnya terlihat lebar pada bagian pipi dan garis rahang yang terlihat lebih halus. Dahi terlihat sempit. Mereka yang punya bentuk wajah seperti ini adalah Kate Bosworth, Cameron Diaz, dan Catherine Zeta Jones. Pemilik wajah bulat umumnya cocok menggunakan potongan rambut yang panjang, lurus, dan sedikit bervolume.

2. Wajah persegi
Lindsay Lohan adalah salah satu contoh pemilik wajah persegi. Ciri-cirinya, dahi lebar, dan rahang yang terlihat kokoh. Mereka yang punya bentuk wajah seperti ini lebih baik membuat potongan rambut dengan gaya layer yang bisa membuat rambut terlihat tidak terlalu mengembang. Rambut yang tidak terlalu bervolume akan membuat tatanan rambut terlihat natural. Selain itu, jangan memotong rambut terlalu pendek.

Tutupi bagian rahang yang terlihat kaku dengan layer. Sedikit poni juga bisa menutupi bagian dahi yang lebar. Tiru saja potongan rambut Demi Moore dan Sandra Bullock.

3. Wajah bentuk hati
Victoria Beckham adalah contoh pemilik wajah dengan bentuk hati. Mereka yang wajahnya berbentuk seperti itu umumnya memiliki dagu yang mengecil atau runcing. Keuntungannya, mereka cocok dengan potongan rambut apa pun. Agar tampil maksimal atau seksi, tambahkan sedikit gelombang pada rambut Anda sehingga akan menonjolkan sturuktur tulang wajah.

4. Wajah oval
Mereka yang punya wajah oval cocok menggunakan potongan rambut berponi dengan banyak volume. Selebriti dengan bentuk wajah seperti ini adalah Kate Hudson, Jessica Alba, dan Kim Kardashian. Tampilan ini juga cocok untuk mempertegas tulang pipi.

Zidane: Mending Mati daripada Maaf ke Materazzi

Selasa, 2/3/2010 | 01:04 WIB

MADRID, KOMPAS.com — Rasa sakit yang dialami Zinedine Zidane karena dilecehkan Marco Materazzi pada final Piala Dunia 2006 tampaknya begitu dalam. Bahkan, dia tak mau memaafkannya, juga tak mau meminta maaf karena telah menyeruduk dadanya. Baginya, lebih baik mati daripada meminta maaf kepada Materazzi.

"Saya hanya akan meminta maaf kepada sepak bola, para suporter, dan tim," katanya kepada surat kabar Spanyol, El Pais, yang diterbitkan Senin (1/3/2010).

Pada final Piala Dunia 2006 antara Perancis dan Italia, Materazzi memang memprovokasi Zidane. Dia melecehkan ibu dan adik perempuannya. Sontak, Zidane marah dan berbalik menyeruduk defender Italia itu hingga terjatuh. Zidane pun terkena kartu merah dan Perancis akhirnya kalah dalam adu penalti.

"Setelah pertandingan itu, saya masuk ruang ganti dan mengatakan kepada mereka (tim) saya minta maaf. Saya tidak akan mengubah sesuatu. Tetapi, untuk Materazzi, saya tidak bisa. Tidak akan pernah, tidak pernah. Rasanya tidak terhormat jika saya meminta maaf kepadanya," ungkapnya.

"Saya meminta maaf kepada siapa saja, tapi bukan kepada Materazzi. Saya lebih baik mati (daripada meminta maaf ke Materazzi). Banyak orang jahat dan bahkan saya tak mau mendengar dia bicara," tegasnya.

"Banyak hal terjadi di lapangan. Hal semacam itu sering terjadi terhadap saya. Tetapi dalam peristiwa itu, saya tidak bisa mengendalikan diri. Jika meminta maaf, maka sama saja saya membenarkan tindakannya. Bagiku, ucapannya tak normal," tambahnya.

Kata-kata Materazzi memang menyakitkan. Dia menyebut ibu Zidane sebagai pelacur. Bahkan, dia juga mengatakan telah meniduri adik perempuan Zidane.

"Lebih dari sekali mereka menghina ibu saya dan saya tak pernah meresponsnya. Tapi, itu (hinaan Materazzi)... dan itu terjadi. Ibu saya sedang sakit (saat itu). Ia dirawat di rumah sakit. Orang-orang itu tak tahu persoalan dan itu saat yang buruk" ungkap Zidane.

"Jika yang melakukan itu orang baik, misalnya Kaka, maka saya akan meminta maaf. Tapi untuk orang satu ini..." Zidane tak melanjutkan, tapi jelas yang dia maksud adalah Materazzi.

Zidane pensiun dari sepak bola profesional setelah turnamen tersebut dan kini bekerja sebagai penasihat Ketua Real Madrid Florentino Perez. (EPZ)

HPR